Jumat, 05 Oktober 2012

Lari dan kembali



Sore ini aku memberanikan diri bertanya pada Prama sahabatku sejak kami masih SD. Kami duduk bersama membingkai kembali kenangan saat kanak-kanak di tempat ini. Angin sore menyapa kami dengan lembut, bahkan langit pun masih terlihat terang.
“Pram, kamu ada cewek yang kamu suka disekolah?” tanyaku enteng sambil bermain ayunan taman perumahan kami
“Ada”
“Cantik?” sahutku cepat
“Iya”
Lalu kami berganti topik pembicaraan, karena aku tahu ini menyakitkan baginya. 2 bulan lalu aku berkunjung ke sekolah Prama, karena sahabat SMP ku juga sekolah disitu. Mika namanya, saat kutanya siapa pacar Prama, ia hanya diam. Sikap seperti itu justru memancing rasa penasaranku.
“Mik, Prama punya cewek ?” tanyaku to the point
“...”
“Kok diem, jangan-jangan lu pacarnya ya?”
“Bukan kok, emang Prama ga pernah crita ma kamu?”
“Engga kalo masalah ginian”
“Leny, namanya Leny”
“Cantik?” mataku berbinar menanggapi jawaban Mika
“Iya lah, putri pilihan sekolah”
“Wah pinter juga dia, hebat deh aku punya sahabat macam Pram” aku memamerkan deretan gigi ku yang jelas tidak rata karena ada behel yang menempel digigiku. Aku menatap sekeliling kantin sekolah Prama, dulu nya aku ingin masuk ke sini tapi aku harus memenuhi janji Ayah untuk sekolah di yayasan yang menurut ayah lebih bagus. Mika hanya diam mengutak-atik hapenya.
“Mik, ajakin kekelasmu dong” aku merajuk
“Boleh, tapi nanti aja lah, aku males di kelas, rame, pada sibuk” jawabnya santai
“Ah kok gitu sih”
“Besok sekolah kamu ada pensi juga kan?”
“Yup, nonton hlo ya?”
“Siap deh”
“Prama juga aku ajakin kok”
“MIKA !” seorang gadis dengan kacamata memanggil Mika dari kejauhan, lalu keduanya berbisik agak menjauh dariku. Aku merasa biasa saja, toh mereka bisa saja ada urusan yang orang lain tak boleh tau.
“Emmm, Tya, aku ada urusan pensi nih, kamu nanti nonton pensinya sendiri ga papa kan?”
“Yaaah, ga asik dong” aku cemberut
“Penting nih”
“Ya udah sono” Mika menghilang dari pandanganku, otomatis kukeluarkan hape di dalam saku seragamku. Mengirim sms untuk Pram barangkali dia bisa menemaniku
To : Prama
Aku di kantin sekolahmu nih, temenin dong
Drt drt hape ku bergetar
From : Prama
Waduh aku mau daftar ulang band nih, sorry bgt
Aaaah, batinku. Kumasukan lagi hapeku kedalam saku dan menyedot habis es teh yang sedari tadi menemaniku. Kulirik kanan-kiri tampak orang lalu lalang sibuk dengan urusannya masing-masing. Bosan, lalu aku berdiri berjalan-jalan di koridor sekolah, menatap wajah-wajah asing yang tak pernah kutemui. Walaupun banyak juga anak-anak dari lain sekolah, tapi mereka bersama kawannya, sedangkan aku hanya sendirian. Hey itu kelasnya Mika, 11 IPS 1, sebelum aku menengok kedalam pandanganku lebih tertarik pada tulisan di mading sekolah. Kuamati satu-per-satu apa yang ada dalam mading itu, dengan cepat kualihkan pandanganku pada kelas Mika, di depan pintu terdapat banyak sekali bunga, karangan bunga. Aku membaca lagi apa yang terpampang disana barangkali aku melewatkan satu kalimat, dan sialnya tidak !
 TURUT BERDUKA CITA
ATAS MENINGGALNYA SISWI KAMI, TEMAN KAMI, DAN SAHABAT KAMI
“ LENY ANJAR SUGIWO”
KELAS 11 IPS 1
Aku melongo menatap sebagian isi berita duka yang ada di mading, Leny ! gadis yang di sukai Prama, dan aku mengerti kenapa Mika tidak bisa menjawab pertanyaan konyolku tadi. Dan aku mengerti mengapa Prama tak mau membuka mulut padaku selama ini tentang siapa yang dia suka. Aku tahu jawabannya, dan ini mengejutkan. Dalam berita ditulis Leny meninggal karena sakit parah, entah sakit apa. Yang bisa kau tangkap, mungkin sebenarnya Prama sudah tahu resiko jika ia mencintai Leny. Tapi yang lebih menyakitkan mengapa Prama tak mau berbagi rasa sedihnya untukku?
“Wah, The Bugs udah mau tampil ayo kesana” aku mendengar teriakan siswa, yang kemudian disusul adegan lari beramai-ramai seperti tawuran pelajar. Aku tersadar dari lamunanku, tidak seperti yang lain, aku memang berjalan menuju lapangan, tapi aku berjalan gontai, seolah aku turut merasakan kesakitan yang Mika dan Pram rasakan. Sekeras apapun lagu yang dimainkan The Bugs di depanku tetap saja aku tidak larut dalam euforianya, menyendiri dan menjauh dari keramaian hingga acara selesai, lalu Pram menghampiriku dan mengajakku pulang. Sepanjang perjalanan Pram berkali-kali bertanya padaku tentang penampilannya tadi, dan parahnya aku hanya tersenyum. Aku tahu betapa luka hatinya ketika ia harus memaksakan diri tegar dihadapanku sebagai sahabatku. Sejak dulu ia berjanji akan melindungiku, akan menguatkanku tapi untuk saat ini aku merasa betapa egois aku ini. Bahkan aku tidak tahu harus berkata apa, Pram terlalu baik untuk menjadi sahabatku. Diantara temanku yang bersahabat dengan anak laki-laki hanya aku saja yang tidak melanggar hubungan persahabatan, aku tidak mau mencintai sahabatku sendiri walau aku sangat mengasihinya. Aku bahkan tidak mencintai Pram. Di perempatan menuju perumahan tepat di depan taman kesayangan tempat kami duduk sekarang, air mataku tidak dapat ku bendung lagi, aku pun tidak mengerti mengapa aku menangis. Untuk siapa aku menangis? Akupun tidak tahu, kutinggalkan Pram begitu saja sambil terus berteriak memanggil namaku berkali-kali, tapi aku berlari terlalu jauh, sehingga suara Pram bisa menghilang walaupun aku mendengarnya. Rasa kasihan? Atau cemburu? Atau rasa sakit karena begitu banyak hal yang tidak kuketahui tentang Prama? Aku menangis sejadi-jadinya dipelukan boneka garfield milikku. Kuluapkan segala perasaan dan rasa curigaku pada malam itu.
Tiba-tiba suasana ditaman hening, aku menyadari batapa aku terdiam terlalu lama, membiarkan anganku terbang jauh dan seolah tak mau bicara pada Pram dan membiarkan nya tenggelam dalam kesendirian.
“Cewek yang aku cinta...” aku termenung mendengarkan pernyataan Prama, sengaja aku diam, aku menunggu-nunggu kelanjutan perkataannya
“Aku baru dua kali jatuh cinta” aku menatap Pram yang sedang sibuk menatap perosotan warna pink yang sudah memudar.
“Yang pertama, aku ga bisa menjadikan cinta itu kenyataan” lanjutnya santai tapi malah membuat tenggorokanku tercekat
“Yang kedua, aku ga akan pernah bisa mewujudkannya walau sudah ada cinta” tiba-tiba ia menatapku. Deg ! jantungku seakan berhenti, terlalu kaget aku menatap mata Pram yang lembut itu. Sejak aku tahu aku cinta Pram aku berusaha menyingkirkannya, walau aku pernah tapi aku tak ingin merubah persahabatan kami, seiring waktu aku bisa melupakan rasa itu. Tapi saat ini? entah mengapa jantung ku berisik sekali, atau aku jatuh cinta lagi ? Prama cinta pertamaku saat aku masih SMP kelas 1 dan sekarang ada lagi hanya karena aku menatap matanya yang indah itu?
“Ratya?” aku gelagapan mendengar Pram memanggilku
“Eh, iya?” sahutku asal
“Sejauh apapun aku lari, mencari pelarian, aku tetep ga bisa berhenti” lalu Pram menerawang jauh sambil menatap langit jingga
“Berhenti ?” aku memberanikan bertanya padanya setelah ia diam agak lama membuatku penasaran
“Berhenti suka sama kamu”
DUAAAAAR rasanya jantungku lepas dari rusukku dan meluncur bebas ke perosotan warna pink tadi. Aku berusah menenangkan diriku, menguasai perasaanku.
“Pram? Aku tahu kok, Leny, but jangan jadiin aku pelarian, kita sahabat, so jangan hujani hubungan sahabat dengan obsesi cintamu yang sorry ga kesampaian” aku takut melukai Prama, tapi ia malah memandangku lekat
“Yang pertama itu kamu, butuh waktu bertahun-tahun aku nglupain perasaan aku ke kamu, aku lari ke Leny, tapi aku tetep ga bisa, aku pura-pura dan maksain buat membuka hati untuk Leny malah aku keinget kamu. Cepat ato lambat kamu bakal tau soal kepergian Leny, aku terus-terusan sedih karena aku merasa bersalah sama Leny, meninggalkann senyum kemunafikanku” aku dibuatnya bingung sekaligus senang tapi aku tak tahu harus bagaimana, kalau aku kegirangan itu seolah aku tak menghargai kepergian Leny dan bersenang-senang diatasnya, tapi aku bahagia. Perasaanku dulu eh sekarang-baru saja ini tidak bertepuk sebelah tangan. Aku tahu pipi ku pasti merona saat ini.
“Pulang yuk, udah maghrib nih” Pram tanpa rasa berdosa membuatku bingung campur aduk setengah mati justru berbicara lancar seolah ia membuang pernyataanya tadi di dalam tong penggilingan yang menghancurkan segala macam benda secara efektif. Aku masih duduk di bangku ayunan, tiba-tiba Pram sudah ada di depankumengulurkan tangannya dan tersenyum padaku.
“Kamu tahu, Ratya, mungkin tidak selalu persahabatan tetap bertahan selamanya” kuraih tangannya lalu berkata dengan jelas disampingnya
“Kamu tahu, Pram aku sudah lama membuang rasa itu juga, tapi tatapanmu sore ini membuatku tak yakin aku bisa membuangnya lagi” sontak Pram menatapku bingung, tapi kakiku bergerak cepat, aku tertawa sambil meninggalkannya, dan tebak apa adegan setelahnya? Prama mengejarku dan meraih lagi tanganku. Kami bergandengan disepanjang perjalanan pulang, tidak da sepatah katapun yang keluar dari mulut kami. Diam mengisi kekosongan relung hati kami. Hanya sesekali berpandangan lalu diam seolah perasaan kami bersatu tanpa sebuah ikatan “cinta” karena rasa sayang kami yang meluap pun tiba-tiba bisa menjelma jadi cinta begitu saja. Bahkan antara aku dan Pram tidak menyatakan cinta dengan kalimat “Aku cinta kamu” mungkin kami sama-sama merasa itu terlau vulgar untuk kami yang kikuk ini.
 Diantara kami berdua memang ada rahasia, begitu lama kami berusama menyembunyikan perasaan kami agar persahabatan kami tetap ada tapi mungkin sejak saat ini rahasia kami bukan menjadi privasi kami masing-masing tapi rahasia antara aku dan pacarku.

Senin, 01 Oktober 2012

which one do you choose ?

hay nikkan
di siang bolong ini ada sepatah dua patah quotes for you. Pernah jatuh cinta? gimana rasanya? jatuh cinta berjuta rasanya. Deg-deg an kalo ketemu orang yang kita taksir, senyum senyum sendiri kalo liatin si dia. di jaman modern gini maybe lebih gampang buat mendapatkan info tentang si dia, kamu tinggal buka face book nya dia ato buka profile summary di twitter. Hayooo ? pada ngaku deh. Udah basi jaman sekarang ga hitech soal begituan. Salut buat kalian yang udah mewujudkan rasa jatuh cintanya jadi cinta. Hloh? emang beda ya? Ya jelas dong, jatuh cinta itu awal mula cinta. tapi kadang cinta ga harus dilmulai pake acara catuh cinta segala? ga percaya?
pernah denger pepatah jawa "witing tresno jalaran soko kulino" artinya mulainya cinta karena terbiasa. Yes bener banget. Suasana terbiasa seperti kamu dan sahabat cowok kamu atau sebaliknya. banyak banget sahabat jadi cinta tapi lebih banyak juga yang ga bisa jadi cinta. Maybe ,mereka ingin menganut sistem sejalan sejajar sama sahabat. Ada semacam komitmen dimana sahabat tetap sahabat, bukan menjaga jarak, tapi bejalan beriringan. Go back again to the topic, oke cinta itu bisa di definisikan dalam berbagai macam cara. cinta itu sederhana, yang membuat rumit adalah hubungan mereka. pasangan sibuk mengurusi macam macam ritual pacaran, pasang status lah ato aganti bio lah. merumitkan cinta ya hubungan itu. cinta pada dasarnya adalah kumpulan rasa sakit, cemburu, senang, bahagia, air mata, pengorbanan dan perasaan lainnya yang di kumpulkan membentuk benteng kebiasaan dari rasa kagum yang di sebut cinta .cinta itu aneh, kadang membuat perasaan terbang jika bersambut atau malah lebih buruk setelah terbang bak malaikat lalu jatuh dalam jurang kekelaman bernama patah hati, jika cinta tak bersambut.

Tiap orang pasti pernah jatuh cinta, tapi belum tentu mereka bisa merasakan cinta. Datangnya cinta tidak pernah diundang, bisa dibilang cinta itu seperti jelangkung! nah loh, berbagai perasaan yang kamu alami bisa jadi tolak ukur perasaanmu. Berorientasi dan mulai berpikir dua kali tentang cinta dan jatuh cinta. mencintai dan di cintai, atau hanya sekedar mengagumi saja ?. berulang kali aku merasa kagum pada seseorang, lewat senyumnya, lewat tatapannya, lewat sikapnya dan bahkan lewat suaranya. tapi terkadang kita lupa bahwa jatuh cinta itu seperti angin topan yang dahsyat tapi hanya lewat saja, berdampak besar tapi bisa pulih sekejab. sedangkan cinta, gambarannya seperti gelombang di laut pantai yang bergulung secara berkala. Kecil tapi terus datang, atau kadang berombak besar tapi surut lagi, dalam bayanganku ombak besar bisa berupa cinta yang telah menjelma menjadi obsesi atau nafsu saja. Yang jelas cinta itu pasti, cinta itu sederhana, cinta itu sakit dan pahit, ada yang bilang cinta itu seperti minum kopi. Manis dan pahitnya jadi satu. pahit yang membuat penikmatnya ketagihan. seperti itulah cinta. Jatuh cinta berjuta rasanya memang benar, tapi kita harus memastikan kembali apakah kita bisa memelihara jatuh cinta itu menjadi cinta, atau hanya obsesi, nafsu atau worse angin lalu ?

now, which one do you choose ?