Selasa, 12 April 2016

hello i live with my mom who had Parkinson.

Well, aku berharap aku tidak menangis saat menuliskan banyak hal karena aku ingin mengingat setiap momen yang sudah pernah aku lewati dengan bahagia.
I live with my mom who had parkinson.
Apa itu parkinson ? well pengertian macam wikipedia atau info kedokteran kesehatan pasti akan menjelaskan secara klinis dengan bahasa medis yang pastinya akan membuat orang orang mengerutkan dahi dan seolah berkata “IKI GEK OPO” so i think to make some describe about parkinson dan parkinson adalah penyakit ajaib yang merubah kehidupan si penderita menjadi sesuatu yang tidak pernah diinginkan, penderita akan mengalami semacam gejala penuaan dini dalam arti yang sebenarnya. Terhambat dalam mobilitas/gerak terbatas, sakit pungnung, sakit tulang, pundak terasa kencang, mata menjadi rabun, tremor atau buyuten atau tangan dan kaki bergerak sendiri seperti kesetrum. Gejala-gejala aneh  ini akan membuat oarang yang terkena bakal jadi stres, capek tidak ada gairah hidup sama sekali karena biasanya menyerang usia-usia dewasa. Thats why orang dewasa rentan stress karena ngga punya filter stress, emang sih orang tua  pinter menasehati anaknya sampe nurut, but! Orang tua adalah manusia yang kadang keras kepala dan kadang merasa lebih banyak pengalaman sehingga merasa sok tahu, padahal anak-anaknya sudah suggest agar rileks everything gonna be alright. So parkinson memang mengubah kehidupan seseorang, mengganggu ? ya sangat ! tapi apa yang menyenangkan? Lets see....
Kembali pada permasalahan Parkinson, so bagaimana parkinson mampu mengubah jalan hidup seseorang ? penyakit ini bersifat progresif artinya semakin tahun semakin memburuk terutama fungsi fisik baik organ dalam maupun kemampuan secara umum.
Singkat cerita ibuku terdiagnosis menderita parkinson sejak melahirkan adik laki-laki ku yaah usia beliau sekitar 40an. Diinjau dari kalangan medis hamil dan melahhirkan pada usia wanita 40 sangat rentan terhadap adanya penyakit atau anak lahir cacat karena fungsi organ dalam wanita sudah “lapuk” mungkin ibu ku nekad pengen punya anak cowok. Nah setelah adik lahir kemudian yang terjadi adalah ibu sering mengalami gerakan ritmis yang tidak disadari, kalo orang yang tidak mengenal medis pasti akan mengira gemetaran aja atau istilah jawa kuno “BUYUTEN” kalau ditinjau dari medis terjadinya gerakan ritmis anggota tubuh tanpa disadari dan tidak terkontrol disebut tremor. Ibu kemudian sering pusing bahkan ngga berani naik motor ,padahal pas muda naik motornya ngebut terus ala ROSI gitu. Semakin lama semakin kondisi ibu menurun, ibu mulai berjalan sambil terseokk-seok. Dan yang pasti ibu harus minum obat setiap hari. iya setiap hari. akan aku ceritakan nanti mengapa ibu harus minum obat sampai kapanpun.
Parkinson tidak menakutkan, kita hanya harus hidup didalamnya, banyak kok orang kena parkinson terus meninggal karena putus asa, but my mom still alive sampai saat ini aku menuliskan kisah semacam heart to heart. Hidup dengan penderita parkinson tidak mudah, karena aku dan adik juga kaka harus dipaksa hidup lebih dewasa dari usia asli kita, kami anak-anak ibu harus mengurus ibu dalam segala kegiatan, ibu menjadi tidak mandiri. Tetapi ibu akan tetap berjiwa seorang ibu, ibu tetap menjadi tumpuan tempat kami pulang keika kami benar-benar sakit.
Saat awal ibu didiagnosa Parkinson, ibu tidak diam, ibu mencari jalan untuk memperlambat proses degenerasi sel oak yang progresif, tapi seberapapun dicegah semua pasti akan memburuk pada waktunya. Harusnya saat itu ibu menjalani pengobatan ke Jakarta tapi ibu tidak mau alasannya uang yang disimpan ibu harus untuk pendidikan anaknya. Ibu banyak membaca artikel yang memuat parkinson walaupun ibu tahu bahwa parkinson belum ada obatnya tapi ibu berusaha tenang dan tidak peduli, hmmm iya saat itu, tentunya jauh berbeda dengan keadaan ibu yang sekarang.
Kondisi terbaru ibu saat ini yaaah begini, jalan terseok-seok, tetep tremor dan berwajah datar. Aku tidak peduli orang-orang saat melihat aku dan ibu berjalan di tempat umum tapi ibu merasa berbeda dan eye catching banget, gara-gara dilihatin orang ibu malah jadi ngga Percaya Diri. Kadang aku sebel sama orang-orang, apakah perbedaan fisik harus diamati dilihat sebegitu jelas, kalau mereka ada diposisi ibu pasti mereka juga down sampe dilihatin kayak gitu, lagipula secara etika melihat sampe melotot melihat setiap gerakan orang tuh tidak etis. NGGA SOPAN. Katanya orang indonesia multikultur, katanya Pancasila, katanya menerima perbedaan katanya berpendidikan tapi kok tiap lihat orang yang berbeda di tengah masyarakat malah jadi bahan gunjingan. Apa tidak malu ?
So kalo kamu punya sodara atau orang tua yang kena perkinson, please ngga usah liatin cara jalannya because you shold feel kasihan, padahal semakin kalian menatap heran cara berjalannya semakin mereka ngga PD. Do the same thing to diffable i suggest. They are OK in their condition.

Mungkin saat ini ceritaku ngawur dan terkesan aneh, aku berharap ketemu orang yang mempunyai kondisi sama seperti aku. Atau aku hanya sekedar share aja,  bagaimana hidupku bersama penyandang parkinson.