Well, aku berharap aku tidak menangis saat menuliskan banyak
hal karena aku ingin mengingat setiap momen yang sudah pernah aku lewati dengan
bahagia.
I live with my mom who had parkinson.
Apa itu parkinson ? well pengertian macam wikipedia atau
info kedokteran kesehatan pasti akan menjelaskan secara klinis dengan bahasa
medis yang pastinya akan membuat orang orang mengerutkan dahi dan seolah
berkata “IKI GEK OPO” so i think to make some describe about parkinson dan
parkinson adalah penyakit ajaib yang merubah kehidupan si penderita menjadi
sesuatu yang tidak pernah diinginkan, penderita akan mengalami semacam gejala
penuaan dini dalam arti yang sebenarnya. Terhambat dalam mobilitas/gerak
terbatas, sakit pungnung, sakit tulang, pundak terasa kencang, mata menjadi
rabun, tremor atau buyuten atau tangan dan kaki bergerak sendiri seperti
kesetrum. Gejala-gejala aneh ini akan
membuat oarang yang terkena bakal jadi stres, capek tidak ada gairah hidup sama
sekali karena biasanya menyerang usia-usia dewasa. Thats why orang dewasa
rentan stress karena ngga punya filter stress, emang sih orang tua pinter menasehati anaknya sampe nurut, but!
Orang tua adalah manusia yang kadang keras kepala dan kadang merasa lebih
banyak pengalaman sehingga merasa sok tahu, padahal anak-anaknya sudah suggest
agar rileks everything gonna be alright. So parkinson memang mengubah kehidupan
seseorang, mengganggu ? ya sangat ! tapi apa yang menyenangkan? Lets see....
Kembali pada permasalahan Parkinson, so bagaimana parkinson
mampu mengubah jalan hidup seseorang ? penyakit ini bersifat progresif artinya
semakin tahun semakin memburuk terutama fungsi fisik baik organ dalam maupun
kemampuan secara umum.
Singkat cerita ibuku terdiagnosis menderita parkinson sejak
melahirkan adik laki-laki ku yaah usia beliau sekitar 40an. Diinjau dari
kalangan medis hamil dan melahhirkan pada usia wanita 40 sangat rentan terhadap
adanya penyakit atau anak lahir cacat karena fungsi organ dalam wanita sudah
“lapuk” mungkin ibu ku nekad pengen punya anak cowok. Nah setelah adik lahir
kemudian yang terjadi adalah ibu sering mengalami gerakan ritmis yang tidak
disadari, kalo orang yang tidak mengenal medis pasti akan mengira gemetaran aja
atau istilah jawa kuno “BUYUTEN” kalau ditinjau dari medis terjadinya gerakan
ritmis anggota tubuh tanpa disadari dan tidak terkontrol disebut tremor. Ibu
kemudian sering pusing bahkan ngga berani naik motor ,padahal pas muda naik
motornya ngebut terus ala ROSI gitu. Semakin lama semakin kondisi ibu menurun,
ibu mulai berjalan sambil terseokk-seok. Dan yang pasti ibu harus minum obat
setiap hari. iya setiap hari. akan aku ceritakan nanti mengapa ibu harus minum
obat sampai kapanpun.
Parkinson tidak menakutkan, kita hanya harus hidup
didalamnya, banyak kok orang kena parkinson terus meninggal karena putus asa,
but my mom still alive sampai saat ini aku menuliskan kisah semacam heart to
heart. Hidup dengan penderita parkinson tidak mudah, karena aku dan adik juga
kaka harus dipaksa hidup lebih dewasa dari usia asli kita, kami anak-anak ibu
harus mengurus ibu dalam segala kegiatan, ibu menjadi tidak mandiri. Tetapi ibu
akan tetap berjiwa seorang ibu, ibu tetap menjadi tumpuan tempat kami pulang
keika kami benar-benar sakit.
Saat awal ibu didiagnosa Parkinson, ibu tidak diam, ibu
mencari jalan untuk memperlambat proses degenerasi sel oak yang progresif, tapi
seberapapun dicegah semua pasti akan memburuk pada waktunya. Harusnya saat itu
ibu menjalani pengobatan ke Jakarta tapi ibu tidak mau alasannya uang yang
disimpan ibu harus untuk pendidikan anaknya. Ibu banyak membaca artikel yang
memuat parkinson walaupun ibu tahu bahwa parkinson belum ada obatnya tapi ibu
berusaha tenang dan tidak peduli, hmmm iya saat itu, tentunya jauh berbeda
dengan keadaan ibu yang sekarang.
Kondisi terbaru ibu saat ini yaaah begini, jalan
terseok-seok, tetep tremor dan berwajah datar. Aku tidak peduli orang-orang
saat melihat aku dan ibu berjalan di tempat umum tapi ibu merasa berbeda dan
eye catching banget, gara-gara dilihatin orang ibu malah jadi ngga Percaya
Diri. Kadang aku sebel sama orang-orang, apakah perbedaan fisik harus diamati
dilihat sebegitu jelas, kalau mereka ada diposisi ibu pasti mereka juga down
sampe dilihatin kayak gitu, lagipula secara etika melihat sampe melotot melihat
setiap gerakan orang tuh tidak etis. NGGA SOPAN. Katanya orang indonesia
multikultur, katanya Pancasila, katanya menerima perbedaan katanya
berpendidikan tapi kok tiap lihat orang yang berbeda di tengah masyarakat malah
jadi bahan gunjingan. Apa tidak malu ?
So kalo kamu punya sodara atau orang tua yang kena
perkinson, please ngga usah liatin cara jalannya because you shold feel
kasihan, padahal semakin kalian menatap heran cara berjalannya semakin mereka
ngga PD. Do the same thing to diffable i suggest. They are OK in their condition.
Mungkin saat ini ceritaku ngawur dan terkesan aneh, aku
berharap ketemu orang yang mempunyai kondisi sama seperti aku. Atau aku hanya
sekedar share aja, bagaimana hidupku
bersama penyandang parkinson.